Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Adrenalin Membahana, Rumah Tangga Porak Poranda

Gambar
Adrenalin Membahana, Rumah Tangga Porak Poranda Mendapat tantangan menulis dengan tema selingkuh, membuat saya jadi baper pengen ndusel-ndusel di bawah ketiak suami. Haha.. Memang tema ini bisa kita buat dalam beberapa sudut pandang. Entah itu pelaku, korban atau penonton. Eh.. Maap saya berusaha tidak serius-serius banget membahasnya, karena takut terbawa perasaan. Tapi setidaknya ada hal yang bisa kita petik ya di akhir tulisan ini. Yuk simak dulu, baca dan resapi. Selingkuh, tema ini lagi booming dengan deretan cerita tentang pelakor. Saya pernah lho sampai tidak bisa tidur karena terlalu parno. Sebenarnya jika kita perhatikan lebih dalam, masalah yang muncul pertama kali adalah komunikasi. Bagi setiap pasangan, menjalin komunikasi yang baik itu sangat penting. Agar kita tahu keinginan dari kedua belah pihak. Komunikasi dilakukan secara terbuka, apa adanya dan dibicarakan dengan hati. Saya ingat beberapa waktu lalu, saya pernah mengikuti seminar yang membicaraka

Cara menyikapi penyesalan adalah bangkit memperbaiki kesalahan

Gambar
Cara menyikapi penyesalan adalah dengan bangkit untuk memperbaiki kesalahan. Pernahkah kau merasa gagal? Pernahkah kau malu pada dirimu sendiri? Ini bukan sebuah kompetisi, melainkan rasa sedih di hati. Di game level 4, saya tidak lulus. Saya masih sering bingung untuk menuliskan apa yang saya kerjakan. Kerjakan? Benarkah saya mengerjakannya? Dengan sungguh-sungguh kah atau hanya sekedar mengerjakan saja? Coba tanya lagi pada hatimu Bubu! Selama ini apa yang saya kerjakan sekedar mengerjakan tugas, bukan dengan hati. Bukalah mata hati saya, adakah yang salah selama ini? Dalam hati saya menangis. Sungguh saya memang merasa kuwalahan menahan rasa emosi pada Kak Martha selama ini. Berbagai macam cara saya lakukan. Cara lembut hingga kasar. Ya Allah, ibu macam apa saya ini! Saya pernah mengeluh pada suami, jawabannya membuat saya merenung, mencoba mengoreksi diri saya sendiri. Ah, makasih baba sudah menyadarkan bubu. Memang seharusnya saya meminta pendapat suam

Pembasmi Bayi Nyamuk

Gambar
Pembasmi Bayi Nyamuk Langit masih gelap, hujan dari tadi malam menyisakan genangan air dimana-dimana. Tomi membuka pintu rumahnya dan Byuk! air di teras rumah sudah setinggi mata kaki. Tomi segera memanggil ayah dan ibunya. “Ayah..Ibuu! Rumah kita banjir!” teriaknya. Ayah dan ibu Tomi segera berlari ke teras rumah mereka. Benar saja air sudah masuk. “Tomi, bantu ayah dan ibu ya. Tolong ambilkan stokpel di belakang ya nak.” ucap Ayah Tomi. “Baik Ayah.” jawab Tomi. Ibu juga turut membersihkan bungkus plastik yang ikut masuk ke dalam. Setelah mereka selesai membersihkan teras rumah, ternyata ada satu lagi yang masih tergenang air, yaitu pot bunga ibu. Pot itu sangat besar dan kosong. Kebetulan ibu memang belum membeli bunga untuk ditanam dalam pot besar itu. “Tomi, ibu minta tolong kita angkat sama-sama ya pot besar ini. Ayah tolong, ibu dan Tomi pasti juga tidak kuat.” pinta ibu. “Bu, biarin aja. Kan itu jadi kaya kolam ikan. Hihi..” jawab Tomi. “Tomi saya
Menatap wajahnya saat tidur, membuatku merasa bersalah. Tadi Kak Martha rewel. Main terus, pulang pun harus dipaksa. Makan siang seolah jadi beban. Tiga suapan saja sudah tertidur. Ya ampun, ternyata anakku mengantuk. Pantesan rewel. Duh ibu..masa tidak tahu anakmu sedang mengantuk? Duh ibu..masa tidak peka anak rewel kenapa? Ternyata setelah mempunyai adik, memang kak Martha ini merasa cemburu. Setelah diingat-ingat, kapan sih terakhir mendengarkan Kak Martha bercerita seru dengan pelukan hangat? Rasanya memang sekarang sangat jarang saya lakukan itu. Pantas saja! Itu yang membuatnya semakin cemburu pada adiknya. Selama ini saya terlalu memposisikan Kak Martha anak yang sudah besar dan harus tahu situasi dan kondisi ketika adiknya harus lebih banyak diperhatikan. Ya, saya salah. Seharusnya saya memberi waktu khusus untuknya. Bercengkerama, bercerita dan membiarkannya bermanja-manja. Tapi kan saya harus menahan kantuk yang sangat berat. Tak jarang ketika adik tidur, saya pun ikut tert

Kakek Tua dan Sarang Lebah

Kakek Tua dan Sarang Lebah Seperti biasa, malam ini Kak Martha memintaku untuk mendongeng dahulu sebelum tidur. Dalam pinta manjanya, dalam peluk sayangnya ia mendekapku dan siap mendengarkan dongeng yang sedang kurangkai ceritanya beberapa detik yang lalu. Ya, mengalir saja. Ini adalah tantangan menjadi ibu. Harus punya banyak ide untuk diceritakan sebagai bentuk pesan yang yang menyenangkan bagi anak. "Hari ini, Bubu akan menceritakan sebuah kisah kakek tua dan sarang lebah." “Sarang lebah? Sarang tawon?” tanyanya. “Iya sayang, betul. Lebah itu sama dengan tawon.” jawabku. “Mau dimulai ceritanya sayang?” tanyaku. Kak Martha pun mengangguk, siap mendengarkan. Pada suatu hari, tinggallah seorang kakek tua di sebuah hutan. Ia sendirian di sana. Tak ada seorang pun menemani. Rupanya, ia tersesat bertahun-tahun lamanya. Hingga ia memutuskan untuk membangun sebuah rumah dari kayu untuknya berteduh saat hujan turun deras. Memang saat itu terlihat awan sudah mulai gela

Game level 4 hari je 4

Saya terlelap, lelah seperti merasuk dalam tubuh saya. Begitu juga dengan Kak Martha. Ia tertidur pulas setelah seharian beraktivitas. Hari ini dan hari-hari sebelumnya, saya melihat kecenderungan gaya belajar anak pertama saya ini, Kak Martha yaitu kinestetik. Ia terus berjalan kesana kemari, tak pernah duduk tenang mengerjakan. Kecuali saat sedang membuat prakarya. Ia akan duduk tenang dan serius mengerjakan. Ya, kak Martha suka sekali langsung praktik. Pada saat praktik, banyak ide lain bermunculan. Jika begini, saya pun harus menahan omelan demi omelan saat kak Martha tak mampu duduk diam saat belajar. Coba saya ingat-ingat lagi, dahulu saya anak seperti apa ya gaya belajarnya? Aha! Saya ingat sekali! Saya malas membaca, lebih suka mendengarkan, mencatat, jalan kesana kemari seperti mencari jawaban di setiap pandangan. Suara berisik sangat mengganggu komsentrasi saya. Lalu, apakah saya suka jika ada yang keberatan dengan model belajar mondar mandir seperti itu? Sukakah sa

Game level 4 Bunsay Hari ke 3

Ibu-ibu pasti tahu rasanya ketika anak tengah malam tiba-tiba panas tinggi. Panik! Ya, saya panik sekali ketika pukul 01.15 kak Martha menggigil. Cek suhu badan 39,6 derajat. Bangunkan suami, cari obat penurun panas ternyata habis. Ada obat penurun panas punya adik, tentu saja kemasan drop karena itu untuk bayi. Atur nafas agar tidak panik, baca baik-baik dosis yang diperlukan untuk anak usia 4 tahun 11 bulan. Bangunkan anak, beri pengertian bahwa ia harus minum obat karena suhu badannya tinggi. Berontak pasti, tapi harus karena jika lebih dari itu bahaya, bisa berakibat fatal. Saya peluk, beri pengertian lagi. Alhamdulillah berkat bantuan suami, kak Martha pun mau minum obat. Semua bisa tidur tenang ketika suhu badannya mulai turun. Untung saja adiknya tidak terganggu. Ia masih tidur pulas dengan selimut lembut di tubuhnya. Hingga pagi hari, lemas dan kantuk yang tersisa. Berusaha bangun untuk memulai aktivitas kembali. Tapi apa daya, kantuk dan malas masih menggelayuti. Oh ti
Gambar
Hari ke dua game level 4, saya mengamati gaya belajar anak sambil bermain. Kak Martha bermain playdough, adik ingin sekali ikut bermain. Awalnya kakak ‘ngambek’ karena adiknya selalu penasaran dengan apa yang dipegang kakaknya. Akhirnya saya bagi mainannya. Tetap bermain bersama, namun berbeda permainannya. Kakak asik dengan mainannya sendiri, sementara adiknya sibuk mengamati mainan apa yang ia pegang. Untuk gaya belajar, saya mengamati kak Martha fokus pada satu mainan yaitu playdough. Meskipun banyak mainan yang lain. Ia memiliki keinginan yang kuat untuk satu hal yang diinginkan. Begitu juga masalah warna, tak mau ganti jika ingin satu warna tersebut. Untungnya, teman bermainnya lebih tua dari usia kak martha, sehingga mau mengalah pada kak martha yang lebih kecil. Kemudian saya mengamati saat temannya meminta ganti permainan. Ternyata kak Martha tidak mau karena ia masih senang bermain playdough. Oke, sepertinya kak Martha mempunyai pendirian yang kuat. Lalu bagaimana

Game Level 4 Bunsay IIP hari ke 1

Gambar
Game level 4 kuliah bunda sayang IIP ini membuat saya berusaha mengamati lagi gaya belajar anak dan gaya belajar saya sendiri. Ternyata terdapa beberapa perbedaan. Saya rasa ini yang membuat saya harus mengubah gaya mengajar saya disesuaikan dengan gaya belajar anak saya. Kali ini saya menggandeng kak Martha lagi sebagai partner dalam game ini. Kebetulan yang menyenangkan, kemarin ada acara parenting di sekolah kak Martha, yaitu lomba membuat prakaraya dari barang bekas. Saya dan kak Martha sangat antusias mengikuti lomba ini. Berawal dari mencari barang yang bisa ada di rumah dan tak terpakai. Aha! Saya menemukan sendok bubur adik yang terlalu banyak karena setiap hari membeli bubur organik. Sepertinya ini bisa digunakan. Mulailah mencari ide akan dibuat apa sendok-sendok plastik ini. Setelah mencari ide, saya siap membeli peralatan dan memberi tahu pada kakak. “Hari ini pulang sekolah kita membeli peralatan untuk membuat prakarya ya kak.” “Siap Bubu!” jawabnya semangat.